Bahasa, Bidadari dan Pesta Seks - Podium.com

Jumat, 18 Agustus 2017

Bahasa, Bidadari dan Pesta Seks



Sewaktu saya kecil dulu, guru agama saya pernah berkata bahwa kelak di surga, kita akan bertemu dengan bidadari-bidadari yang sangat cantik. Mereka nantinya akan menemani kita di surga dan mau disuruh apapun semisal mengipasi kita, mengambilkan buah-buahan, makanan, minuman dan sebagainya. Saat itu saya tertegun mendengarnya.

Saya mencoba untuk membayangkan bagaimana suasana di surga beserta para bidadari yang cantik itu. Apakah mereka punya sepasang sayap, bulatan putih di atas kepala mereka serta tongkat sakti yang bisa memunculkan dan menghilangkan sesuatu. Satu pertanyaan nyeleh kemudian muncul, namun sayangnya tak sempat saya tanyakan pada guru saya itu. Jika para laki-laki akan ditemani oleh bidadari, lantas bagaimana dengan perempuan? Apakah Allah akan menciptakan bidadara?.
           
Masih dalam suasana berkhayal. Saya membayangkan lagi bagaimana bidadari itu ketika saya suruh untuk mengambil sesuatu. Apakah mereka akan mengatakan “Dengan kekuatan bulan, aku munculkan buah-buahan surga yang paling enak”. Bidadari itu memutar-mutarkan tongkatnya di udara kemudian, Criiiing….dihadapanku tiba-tiba muncul sebuah meja besar lengkap dengan aneka buah-buahan segar dan menggoda. Begitukah?
           
Cerita di atas tentu hanyalah khayalan sewaktu kecil yang memang sangat aneh. Akan tetapi, setelah saya beranjak lebih dewasa, istilah bidadari surga masih saja terdengar. Terlebih ketika lagu Ustadz Jefri Al-Buqhory (alm) dengan judul Bidadari Surga sedang hits. Tak hanya melalui lagu, saya juga pernah membaca sebuah hadist Rasulullah dan juga ayat Al-Quran yang menceritakan apa dan bagaimana bidadari surga tersebut. Tentu saya lebih kagum lagi sebab dalam hadist itu bahkan dijabarkan bagaimana wujud dari mereka.
           
Meskipun begitu, dikatakan pula bahwa manusia tak akan bisa membayangkan wujud sebenarnya dari bidadari itu. Keterbatasan pemikiran manusia serta berbagai macam kekurangan yang kita miliki, membuat kita tak bisa menjamah lebih jauh mengenai hal itu. Tentu semuanya adalah rahasia Allah dan tidak usah terlalu difikirkan secara mendatail.
           
Beberapa waktu yang lalu, masyarakat Indonesia dihebohkan dengan pernyataan seorang ustadz muda yang dianggap kontroversial. Dalam ceramahnya di layar televisi, beliau mengatakan bahwa di surga nanti akan ada pesta seks untuk penghuninya. Pernyataan beliau ini kemudian viral dan menimbulkan perdebatan hingga gesekan di masyarakat.
           
Seperti yang sudah seringkali terjadi. Ketika seorang ustadz menyampaikan beribu kebaikan, tanggapan dari masyarakat hanya biasa-biasa saja yang mungkin masuk telinga kanan dan keluar terlinga kiri. Berbeda ketika beliau menyampaikan satu dua kata saja yang mungkin agak ganjil di telinga, maka tak perlu waktu lama untuk datangnya berbagai macam perkataan, cacian hingga makian. Terlebih bagi mereka yang memang membenci ulama dan Islam. Hal semacam ini adalah sasaran empuk untuk “digoreng” bersama. Bahkan sejak adanya pernyataan dari ustadz tersebut, malah ada yang membandingkan surga orang Islam dengan surga orang non Islam.
           
Saya sendiri sebenarnya menanggapi pernyataan itu biasa-biasa saja. Memang secara bahasa, kalimat “Pesta Seks” kurang sesuai dengan kondisi masyarakat sekarang ini. Pesta seks tentu bukan dimaksudkan untuk hubungan intim suami istri yang sah, melainkan lebih ke arah perbuatan yang amat tercela.
           
Bagi masyarakat awam, pemilihan kata yang kurang tepat ini jelas menjadi masalah. Bisa jadi mereka lantas mambayangkan surga yang merupakan tempat terbaik manusia, berubah menjadi tempat pesta seks yang identik dengan kemaksiatkan tersebut. Parahnya, barangkali ada yang beranggapan jika pesta seks terjadi di surga, berarti Allah adalah penyedia tempatnya. Tentu, pemikiran ini sangat keliru meski tak dapat ditampik akan muncul pemikiran-pemikiran semacam ini.     

Menurut saya pribadi, motif dari beliau yang menggunakan kalimat tersebut hanyalah sebagai ungkapan betapa nikmatnya berada di surga. Mungkin pula agar manusia bisa menjaga syahwatnya di dunia sebab nanti di surga akan ada saatnya untuk menyalurkannya. Saya kira, tidak mungkin beliau menjanjikan sesuatu tanpa dalil apalagi ingin menjelek-jelekkan surga. Sehingga ketika ada pernyataan demikian, jangan sampai kita terbakar emosi. Kalaupun ingin menasehati, maka sampaikan dengan cara-cara yang ihsan atau cara yang baik. Bukan dengan hinaan, cacian dan makian. Naudzhubillah.

Kalaupun “Pesta Seks” memang ada, tentunya tidak seperti yang kita bayangkan. Kenikmatan di surga dengan dunia sangatlah berbeda. Sama halnya seperti bidadari dicerita pertama saya tadi, yang bahkan telah digambarkan dalam Al-Quran dan hadist. Akan tetapi kita tetap tak bisa membayangkan sepenuhnya bidadari tersebut. Jika kita membaca hadist yang diriwayatkan Bukhari dan Muslim yang berbunyi “Aku siapkan bagi hamba-hamba-Ku yang shalih sesuatu yang tidak pernah dilihat oleh mata, tidak pernah didengar oleh telinga dan tidak pernah terlintas oleh fikiran”. Dari hadist tersebut, sudah sangat jelas bahwa fikiran manusia tak akan mampu menjamah surga dan seisinya.

Pada akhirnya, jadilah orang yang tetap bijak menghadapi sesuatu. Apakah pantas kita yang berlumuran dosa ini menghina seorang ustadz muda yang bisa jadi seluruh hidupnya diserahkan untuk memperjuangkan agama Allah. Bukankah kita sendiri yang seringkali menggembor-gemborkan bahwa manusia tak bisa luput dari dosa dan kesalahan. Sekarang ketika ada orang yang dinilai berbuat kesalahan, banyak dari kita yang menanggapi secara berlebihan seolah kita tak punya dosa.

Untuk itu, marilah kita terus meminta ampun kepada Allah SWT atas kelancangan perilaku kita. Mari kita doakan semoga ustadz muda yang sedang diberikan ujian tersebut, bisa tabah menjalaninya. Aamiin ya robbal alamin. Wallahu a'lam bisshawab.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar