Sewaktu saya
kecil dulu, guru agama saya pernah berkata bahwa kelak di surga, kita akan
bertemu dengan bidadari-bidadari yang sangat cantik. Mereka nantinya akan
menemani kita di surga dan mau disuruh apapun semisal mengipasi kita,
mengambilkan buah-buahan, makanan, minuman dan sebagainya. Saat itu saya
tertegun mendengarnya.
Saya mencoba
untuk membayangkan bagaimana suasana di surga beserta para bidadari yang cantik
itu. Apakah mereka punya sepasang sayap, bulatan putih di atas kepala mereka
serta tongkat sakti yang bisa memunculkan dan menghilangkan sesuatu. Satu
pertanyaan nyeleh kemudian muncul, namun sayangnya tak sempat saya tanyakan
pada guru saya itu. Jika para laki-laki akan ditemani oleh bidadari, lantas
bagaimana dengan perempuan? Apakah Allah akan menciptakan bidadara?.
Masih dalam
suasana berkhayal. Saya membayangkan lagi bagaimana bidadari itu ketika saya
suruh untuk mengambil sesuatu. Apakah mereka akan mengatakan “Dengan kekuatan
bulan, aku munculkan buah-buahan surga yang paling enak”. Bidadari itu
memutar-mutarkan tongkatnya di udara kemudian, Criiiing….dihadapanku tiba-tiba muncul sebuah meja besar lengkap
dengan aneka buah-buahan segar dan menggoda. Begitukah?
Cerita di atas
tentu hanyalah khayalan sewaktu kecil yang memang sangat aneh. Akan tetapi, setelah
saya beranjak lebih dewasa, istilah bidadari surga masih saja terdengar.
Terlebih ketika lagu Ustadz Jefri Al-Buqhory (alm) dengan judul Bidadari Surga
sedang hits. Tak hanya melalui lagu, saya juga pernah membaca sebuah hadist
Rasulullah dan juga ayat Al-Quran yang menceritakan apa dan bagaimana bidadari
surga tersebut. Tentu saya lebih kagum lagi sebab dalam hadist itu bahkan
dijabarkan bagaimana wujud dari mereka.
Meskipun begitu,
dikatakan pula bahwa manusia tak akan bisa membayangkan wujud sebenarnya dari
bidadari itu. Keterbatasan pemikiran manusia serta berbagai macam kekurangan
yang kita miliki, membuat kita tak bisa menjamah lebih jauh mengenai hal itu.
Tentu semuanya adalah rahasia Allah dan tidak usah terlalu difikirkan secara
mendatail.
Beberapa waktu
yang lalu, masyarakat Indonesia dihebohkan dengan pernyataan seorang ustadz
muda yang dianggap kontroversial. Dalam ceramahnya di layar televisi, beliau
mengatakan bahwa di surga nanti akan ada pesta seks untuk penghuninya.
Pernyataan beliau ini kemudian viral dan menimbulkan perdebatan hingga gesekan
di masyarakat.
Seperti yang
sudah seringkali terjadi. Ketika seorang ustadz menyampaikan beribu kebaikan,
tanggapan dari masyarakat hanya biasa-biasa saja yang mungkin masuk telinga
kanan dan keluar terlinga kiri. Berbeda ketika beliau menyampaikan satu dua
kata saja yang mungkin agak ganjil di telinga, maka tak perlu waktu lama untuk
datangnya berbagai macam perkataan, cacian hingga makian. Terlebih bagi mereka
yang memang membenci ulama dan Islam. Hal semacam ini adalah sasaran empuk
untuk “digoreng” bersama. Bahkan sejak adanya pernyataan dari ustadz tersebut,
malah ada yang membandingkan surga orang Islam dengan surga orang non Islam.
Saya sendiri
sebenarnya menanggapi pernyataan itu biasa-biasa saja. Memang secara bahasa,
kalimat “Pesta Seks” kurang sesuai dengan kondisi masyarakat sekarang ini.
Pesta seks tentu bukan dimaksudkan untuk hubungan intim suami istri yang sah,
melainkan lebih ke arah perbuatan yang amat tercela.
Bagi masyarakat
awam, pemilihan kata yang kurang tepat ini jelas menjadi masalah. Bisa jadi
mereka lantas mambayangkan surga yang merupakan tempat terbaik manusia, berubah
menjadi tempat pesta seks yang identik dengan kemaksiatkan tersebut. Parahnya,
barangkali ada yang beranggapan jika pesta seks terjadi di surga, berarti Allah
adalah penyedia tempatnya. Tentu, pemikiran ini sangat keliru meski tak dapat
ditampik akan muncul pemikiran-pemikiran semacam ini.
Menurut saya
pribadi, motif dari beliau yang menggunakan kalimat tersebut hanyalah sebagai
ungkapan betapa nikmatnya berada di surga. Mungkin pula agar manusia bisa
menjaga syahwatnya di dunia sebab nanti di surga akan ada saatnya untuk
menyalurkannya. Saya kira, tidak mungkin beliau menjanjikan sesuatu tanpa dalil
apalagi ingin menjelek-jelekkan surga. Sehingga ketika ada pernyataan demikian,
jangan sampai kita terbakar emosi. Kalaupun ingin menasehati, maka sampaikan
dengan cara-cara yang ihsan atau cara yang baik. Bukan dengan hinaan, cacian
dan makian. Naudzhubillah.
Kalaupun “Pesta
Seks” memang ada, tentunya tidak seperti yang kita bayangkan. Kenikmatan di
surga dengan dunia sangatlah berbeda. Sama halnya seperti bidadari dicerita
pertama saya tadi, yang bahkan telah digambarkan dalam Al-Quran dan hadist. Akan
tetapi kita tetap tak bisa membayangkan sepenuhnya bidadari tersebut. Jika kita
membaca hadist yang diriwayatkan Bukhari dan Muslim yang berbunyi “Aku siapkan
bagi hamba-hamba-Ku yang shalih sesuatu yang tidak pernah dilihat oleh mata,
tidak pernah didengar oleh telinga dan tidak pernah terlintas oleh fikiran”. Dari
hadist tersebut, sudah sangat jelas bahwa fikiran manusia tak akan mampu
menjamah surga dan seisinya.
Pada akhirnya,
jadilah orang yang tetap bijak menghadapi sesuatu. Apakah pantas kita yang
berlumuran dosa ini menghina seorang ustadz muda yang bisa jadi seluruh
hidupnya diserahkan untuk memperjuangkan agama Allah. Bukankah kita sendiri
yang seringkali menggembor-gemborkan bahwa manusia tak bisa luput dari dosa dan
kesalahan. Sekarang ketika ada orang yang dinilai berbuat kesalahan, banyak
dari kita yang menanggapi secara berlebihan seolah kita tak punya dosa.
Untuk itu,
marilah kita terus meminta ampun kepada Allah SWT atas kelancangan perilaku
kita. Mari kita doakan semoga ustadz muda yang sedang diberikan ujian tersebut,
bisa tabah menjalaninya. Aamiin ya robbal alamin. Wallahu a'lam bisshawab.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar