TANAH JAWA ITU
AKHIRNYA…
Setibanya di Bandara Seokarno
Hatta Tangerang Banten sekitar menjelang ashar, hanya ribuan syukur yang bisa
aku ucapkan. Ada rasa haru, senang, dan bangga yang bergejolak dalam hati. Untuk
pertama kalinya, akhirnya aku bisa menginjakkan kaki di tanah Jawa ini, sebuah
cita-cita yang dulu pernah aku mimpikan. Sekarang, mimpi itu sudah di depan
mataku. Sulit memang untuk dipercaya dan diungkapkan dengan sederet kata.
(sekadar untuk mencoba kamera saja kok)
Tas ransel berwarna campuran
hitam & biru serta sebuah koper ukuran sedang, aku tarik perlahan sambil
menikmati keindahan salah satu bandara kebanggan Indonesia ini. Tak lupa aku
segera memakai almamater agar memudahkan panitia menjemput. Tak
lama, dua orang perempuan datang menghampiri kami. Mereka adalah panitia yang
memang bertugas menjemput kami sore ini. Setelah berkenalan singkat, kami
melanjutkan perjalanan menggunakan mobil menuju Apartemen Margonda Residence 2
(Mares 2) Depok, tempat kami menginap selama di sana.
Tujuan untuk langsung ke Mares 2
sedikit berubah karena ternyata panitia harus ke FEB UI terlebih dulu untuk
mengambil kunci kamar kami. Perjalanan yang cukup jauh kami lalui sambil
menikmati keindahan kota, lalu lalang kendaraan, hingga kereta api yang
tentunya tak bisa kami temui di Kalimantan. Perasaan capek mulai tergantikan
seiring pemandangan baru yang bisa disaksikan.
Memasuki wilayah Universitas
Indonesia, aku seolah tak ingin mengedipkan mata. Bagi aku yang memang berasal
dari “pedalaman” Kalimantan, wajar jika terpesona dengan universitas yang
menjadi langganan sebagai universitas terbaik di Indonesia ini. Selain itu,
kampus ini menjadi dambaan banyak orang untuk bisa berkuliah disana. Aku segera
meluruskan posisi duduk dan sedikit menempelkan wajah di dekat kaca mobil. Di
luar sana, hilir mudik para mahasiswa dengan segala aktivitasnya benar-benar
hidup.
Mobil yang kami tumpangi kemudian
berhenti di tempat parkir FEB UI. Kami semua turun dari mobil dan menuju
selasar. Aku dan satu orang temanku kemudian memutuskan untuk berjalan-jalan
sebentar sambil mencari musholla di sekitar sini mengingat waktu ashar hampir
berakhir. Sebuah kolam besar dengan lambang UI di tengahnya seolah menyambut
kami.
(dari yang saya baca, kolam ini dibuat atas bantuan para orang tua mahasiswanya lo)
Setelah menunaikan solat ashar disambung
magrib, kami kemudian berangkat lagi menuju apartemen. Kamar kami berada di
lantai 20. Tentu saja, ketika sampai di kamar, hal pertama yang aku lakukan
adalah membuka tirai dan melihat pemandangan kota Depok dari ketinggian.
Hasilnya…Masya Allah.
(Kiri ke kanan: gambar dari ketinggian lantai 20. Apartemen Margonda Residence 2)
KEGIATAN YANG SANGAT PADAT : Hari Pertama
Kegiatan The 16th
Journalist Day yang diadakan Badan Otonom Economica (BOE) FEB UI ini
diselenggarakan selama 4 hari, dimulai dari Senin sampai Kamis (9 s.d 12 April
2018). Tema yang diangkat kali ini adalah “The Future of Data Driven
Journalism”. Diawali dengan perlombaan Paper yang telah dilaksanakan sebelumnya
hingga terjaring sebanyak 15 tim (1 tim terdiri dari 2 orang) dan diundang
untuk datang ke FEB UI. Meski demikian ternyata hanya ada 14 tim saja karena 1
tim sudah mengundurkan diri.
(ini dia kawan-kawan dari UB. Foto diambil di hari kedua)
Hari pertama di awali dengan acara Seminar. Sesuai dengan arahan, kami berangkat dengan dijemput panitia. Selama menunggu panitia menjemput, kami sempat berkenalan dengan 2 tim dari Universitas Brawijaya yang juga menunggu jemputan. Kami terlibat perbicangan hangat hingga akhirnya panitia datang. Seminar ini dilangsungkan di Auditorium R. Soeria Atmadja FEB UI dan dimulai dari pukul 08.30 WIB. Sesi 1 menghadirkan Abdul Manan, Zen RS, Rahadian P. Paramita dengan moderator Aghnia Adzkia. Untuk sesi 2 menghadirkan Metta Dharmasaputra, Wahyu Dhyatmika, dan Kholikul Alim.
Setelah selesai seminar,
dilanjutkan Tehnical Meeting dengan panitia. Semua peserta berkumpul dan
menjadi ajang saling berkenalan. Awalnya kami mengira bahwa kami adalah peserta
yang paling jauh, nyatanya juga ada peserta lainnya dari Medan dan Makassar. Di
forum itu kemudian dijelaskan terkait peraturan dan beberapa perubahan jadwal. Setelah
selesai, semua peserta pulang kembali ke penginapan dengan diantar panitia.
Jempol gede buat panitianya. Mereka benar-benar melayani, ramah dan cakep semua
(wkwkwk).
Hari Kedua : Deg-degan hingga Kedatangan Anak Makassar
Hari kedua ini adalah jadwalnya
presentasi dari paper yang sudah kami buat. Jujur, latihan kami tidak terlalu
lama. Power Pointnya pun baru kami siapkan beberapa hari yang lalu. Sebelumnya
kami mengira bahwa presentasi akan dilaksanakan di hari keempat atau Kamis
sehingga ada banyak waktu untuk latihan. Tapi ternyata kami salah. Dengan
kekuatan the Power of Kepepet, PPT dan latihan pun kami lakukan dengan tempo
yang secepat-cepatnya. Meski begitu, kami tentu tidak mau membuat malu
almamater. Kami pun berusaha sebisa dan semaksimal mungkin.
Semua tim dibagi ke dalam tiga
kelas sesuai subtema masing-masing. Nantinya setiap tim diberi waku 20 menit,
dimana 10 menit presentasi dan 10 menit tanya jawab. Disini kami dipertemukan
dengan tim dari UB, Unair dan UGM. Aku sendiri merasa deg-degan karena harus
bertemu dengan mereka yang berasal dari universitas ternama. Ditambah lagi
diakhir sesi akan ada pertanyaan dari satu orang juri yang sudah pakar
dibidangnya. Aku berharap agar presentasi ini tidak berakhir seperti sidang
skripsi. Mohon…mohon…hidupku masih panjang.
Meski kami urutan terakhir, namun
waktu seolah tak terasa. Kini giliran kami telah tiba. Dengan mengucap
bismillah, kami mulai sesuai dengan kemampuan yang kami punya. Perasaan gugup
itu menyeruak di awal penyampaian. Mataku memandang liar ke arah juri, peserta
lain, hingga catatan kecil yang aku bawa. Hingga akhirnya, perlahan aku mulai
menikmati presentasi ini. Beberapa pertanyaan juri yang dilemparkan berhasil
kami jawab. Hasilnya…hanya juri yang tahu.
(suasana saat presentasi)
Setelah beberapa lama, keempat
tim akhirnya selesai presentasi. Kegiatan selanjutnya adalah Focus Discusion
Group yang dipandu seorang panitia sebagai moderator. Disini kami berdiskusi
tentang tema yang kami angkat yaitu, Jurnalisme Data: Disrupsi Terhadap Lanskap
Industri Media?. Semua peserta mengeluarkan pendapatnya dan diskusi berlangsung
lancar.
Satu hal lagi yang spesial di
hari kedua ini. Secara “mengejutkan”, disaat
beristirahat di malam harinya, kami kedatangan teman baru dari Makassar.
Mulai malam itulah, lelaki yang kami panggil Ical ini resmi bergabung di kamar H2021 sekaligus menjadi pemanjang cerita kami selama berada di Depok ini.
Hari Ketiga : Go Jakarta
Hari ketiga ini tampaknya menjadi
hari yang cukup menyenangkan sekaligus melelahkan. Sesuai jadwal yang diberikan
panitia, kami akan mengikuti Training yang dilaksanakan di Jakarta Creative Hub
(CJH). Karena berlokasi di Jakarta, maka kami berangkat lebih pagi dari
biasanya. Faktor kemacetan menjadi penyebab utamanya. Meski kami sudah
berangkat pagi, nyatanya tak bisa terhindar dari macet dan macet.
(gedung-gedung tinggi dari kaca mobil)
Jakarta sudah pasti identik dengan banyaknya gedung-gedung menjulang tinggi. Hal itu memang benar adanya dan
bisa aku lihat secara langsung, terutama ketika melintasi daerah Kuningan (kalau gak salah ya). Kiri
kanan hanya didominasi gedung pencakar langit yang tingginya melebihi
tower BTS. Kami yang berada di bawah terasa sangat kecil.
Waktu tempuh dari Mares 2 ke JCH
cukup memakan waktu, sekitar satu setengah jam perjalanan. Di luar dugaan, rupanya maag ku
kambuh disaat tidak tepat. Perut mulai sakit dan badan ku terasa lemas. Aku
mulai panik. Sudah jauh-jauh datang kesini, masa aku harus terbaring sakit. Ya Allah apakah aku akan berakhir disini? (korban sinetron). Tak ingin berlarut-larut dengan penyakit lamaku itu, sisa
sarapan yang sengaja aku bawa tadi, ku coba memakannya lagi untuk menetralisir
asam lambung. Beruntung, obat maag juga tersedia dalam tasku dan segera aku
minum. Perlahan kondisiku mulai baikan.
(hmmm)
Dikesempatan ini kami belajar
tentang analisis dan visualisasi data yang dibawakan oleh tim dari Katadata dan
Beritagar. Satu hal yang membuat aku agak “gimanaaa gitu…”, kami ternyata
belajar menggunakan excel. Entah kenapa, saat itu juga aku teringat mata kuliah
Manajemen Keuangan yang setiap minggu diberi tugas dan dikerjakan menggunakan
excel. Hari ini aku menemui hal itu kembali. Untunglah narasumber tidak
memberikan tugas tambahan sehingga tidak semakin mengingatkanku akan masa lalu (Lupakan
saja yang ini). Menjelang waktu magrib, training pun berakhir. Selesai solat
dan berfoto ria, kami segera kembali ke Mares diantar panitia. Hmmm..panitia baik deh.
Malam itu menjadi malam yang
sangat melelahkan. Bukan saja karena perjalanan yang cukup jauh, tetapi semua
tim diberikan tugas membuat feature investigasi yang berbasis data. Hal itu
menjadi tantangan tersendiri bagi kami terlebih bagi aku yang belum pernah
membuat tulisan dengan genre semacam itu. Topik yang ingin kami diangkat pun masih
mengalami kebuntuan.
Seperti yang diperkirakan
sebelumnya, bahwa tidak mudah menciptakan sebuah tulisan dengan segala macam
data dan referensi yang valid. Ditambah lagi dengan rasa capek sehabis
beraktivitas seharian dan kantuk yang bersahutan dengan suara pendingin
ruangan. Namun saat itulah ada sebuah pemandangan yang tidak biasa, yaitu kami
kedatangan dua tim yang juga mengalami nasib sama; dikejar deadline tulisan.
Akhirnya malam itu kami lalui
bersama-sama. Ada yang mengerjakan di atas kasur, di meja, depan TV, dan di
bawah kasur. Namun semua itu bukanlah sebuah perbedaan karena kami adalah
bangsa Indonesia yang bersatu. (Skip saja yang ini).
Mungkin terasa aneh karena kami
sebenarnya berada dalam nuansa kompetisi namun disaat yang sama kami
mengerjakan tulisan dengan berbarengan. Padahal tulisan itu juga menjadi bahan
penilaian. Namun nyatanya sama sekali tak terasa ada aroma pertempuran. Justru
yang ada tercipta rasa kekeluargaan dan saling membantu. Kami mengerjakan
tulisan itu terasa bukan lagi untuk kompetisi melainkan seperti hanya untuk
dikumpulkan kepada dosen.
Yang lebih menakjubkan,
kebanyakan dari kami mengerjakan tulisan itu benar-benar menghabiskan waktu
satu malam. Aku dan teman satu tim ku menerapkan sistem shift. Jadi ketika aku
mengerjakan, maka temanku akan tidur. Begitupun sebaliknya. Hal ini kami
lakukan agar bisa beristirahat. Namun beda halnya dengan tim lain yang justru
tidak tidur sama sekali. Benar-benar perjuangan yang luar biasa dan tak
terlupakan. Sebelumnya bahkan kami sempat berencana “jahat” untuk tidak
mengerjakan tulisan tersebut karena keterbatasan waktu dan ide, namun ternyata
Allah masih sayang kepada kami.
Keesokan paginya, ketika
menunggu jemputan di sofa lantai 1 Mares, aku bertanya dengan peserta lainnya
terkait proses pengerjaan tulisan mereka. Rata-rata hampir sama; waktu tidur
yang relatif sedikit. Tapi tak mengapa, kalau ini bisa membuat panitia bahagia,
kami rela dan ikhlas (alay dikit).
Hari Keempat : See You
Senang rasanya kami sudah berada
di hari keempat. Itu tandanya acara akan berakhir sebentar lagi. Di hari
keempat ini, kami semua dikumpulkan di satu ruangan yang sama kemudian
mempresentasikan hasil tulisan yang “simsalabim” jadi dalam satu malam (tanpa
bantuan jin lo ya). Kali ini ada dua juri yang akan memberikan pertanyaan pada
semua peserta. Tim lain juga diberikan kesempatan untuk bertanya atau
menyampaikan pendapatnya.
Saat itu kami maju diurutan
kedua. Dengan persiapan yang seadanya dan mata yang mengantuk, kami memaparkan
hasil kerja kami sebisanya. Beruntung waktu itu hanya ada satu juri karena satu
juri lainnya masih dalam perjalanan. Beberapa pertanyaan dari juri dan peserta
lain bisa kami jawab. Tak jauh berbeda nasib dengan kami, Ical dan temannya
justru harus siap maju diurutan pertama. Namun dibalik semua itu, ada taktik brilian
yang telah kami siapkan.
Waktu Ishoma telah masuk. Peserta diarahkan panitia untuk mengambil makan siang. Di saat itulah, kami segera pergi. Berdasarkan rencana, kami ingin menjelajah Universitas Indonesia lebih jauh lagi. Kami merasa rugi jika sudah jauh-jauh datang ke sini namun tidak melihat secara langsung keindahan rektorat dan danau UI yang tersohor itu. Jika melihat jadwal, rasanya tidak ada waktu untuk sekadar jalan-jalan. Akhinrya dengan sedikit “diam-diam” kami keluar dari area FEB dan menaiki Bikun atau Bis Kuning yang disediakan secara gratis hingga sampai ke tempat tujuan.
Tempat pertama yang kami jajal
adalah sebuah toko yang ada di samping masjid UI. Disana kami membeli beberapa gantungan kunci dan souvenir lainnya. Harganya cukup terjangkau dan lumayan
bisa dijadikan oleh-oleh untuk seseorang (canda kok). Setelah itu baru kami ke masjid untuk solat zuhur.
Tujuan selanjutnya dan yang
paling utama adalah danau UI. Aktivitas yang paling seru dilakukan tentu saja
berfoto. Kami mengabadikan momen itu dalam berbagai sudut. Suasana disana
tenang dan teduh. Bangunan-bangunan yang mewah dan artistik juga ada
disekitarnya sehingga semakin menambah pesona UI. Kami sempat bersantai sejenak
sambil menikmati kilauan air danau, gedung rektorat yang aku malas menghitung
tingkatannya, serta taman yang indah dan terawat.
Setelah puas dengan semuanya,
kami kembali lagi ke FEB. Beberapa peserta masih melakukan presentasi di depan
juri dan peserta lain. Hingga akhirnya, semua tim telah selesai. Pengumuman
pemenang 1, 2, dan 3, serta best speaker pun diumumkan. Sayang sekali kami
tidak bisa mendapatkan juara. Namun hal itu tak jadi masalah. Meski tak bisa
membawa juara, tapi setidaknya ada banyak cerita yang bisa dibawa pulang dan
diceritakan. Sekian.
*untuk menghindari hal-hal yang
tidak diinginkan serta menjaga privasi, maka tidak semua peristiwa bisa saya
ceritakan. Namun semoga tetap bermanfaat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar