“Tertawa itu sehat” atau
“Tertawalah sebelum tertawa itu dilarang”. Begitulah beberapa kalimat yang
sudah sering kita dengar. Tertawa memang merupakan aktivitas yang sering kita
lakukan terutama ketika mendapati hal-hal yang lucu. Bahkan banyak ahli dalam
penelitiannya menyebutkan bahwa tertawa dapat membuat tubuh menjadi sehat.
Tertawa ternyata juga mampu mempengaruhi kondisi psikologis seseorang menjadi
lebih baik.
Ada banyak hal dan cara untuk
membuat seseorang tertawa. Salah satunya dari layar televisi. Bagi yang penah
hidup di tahun 1980 sampai 1990-an, tentunya masih ingat bagaimana kekocakan
yang ada pada film komedi legendaris Indonesia, Warung Kopi atau Warkop DKI.
Dibintangi oleh Dono, Kasino dan Indro, film ini terbilang sukses di setiap
rilisnya dan selalu berhasil menghibur para penonton. Ada banyak sekali adegan-adegan
lucu yang diperagakan trio pelawak ini. Hal itu semakin diperkuat dengan
karakter dan penampilan mereka yang memang terlihat nyeleneh. Tak hanya dari adegan, judul film ini juga terbilang
unik. Sebut saja, Maju Kena Mundur Kena, Setan Kredit, Pintar-Pintar Bodoh dan
lain-lain.
Meski demikian, nilai-nilai atau
pesan yang ingin disampaikan dari film ini tidak serta merta hilang karena
lawakan-lawakan tersebut. Justru dengan lawakan itulah, film ini semakin
digemari banyak orang. Tak jarang, lawakan-lawakan tersebut mengandung pesan
dan sindiran sosial. Semua itu memang tak terlepas dari situasi negara saat itu
yang dipenuhi oleh keotoriteran penguasa. Satu hal yang bisa kita petik ialah
bahwa sebenarnya masalah hidup bahkan negara bisa ditertawakan.
Setelah puncak keemasan Warkop
DKI perlahan sirna, muncullah grup-grup lawak lainnya yang juga menghiasi layar
kaca. Seperti misalnya Srimulat dan Opera Van Java. Akan tetapi di tahun 2018 ini, grup-grup lawak
tersebut sudah tak terdengar lagi, meskipun beberapa anggota dari grup tersebut
masih eksis. Namun bukan berarti tak ada hiburan yang menarik. Justru kini kita
memasuki dunia lawak yang baru yaitu lawak tunggal atau Stand up Comedy.
Dari beberapa sumber di internet
yang saya baca, cikal bakal dari munculnya Stand
up Comedy di Indonesia diawali sejak kemunculan Taufik Savalas (alm)
melalui acara Comedy
Cafe dan juga acara Ramon Papana sebagai
pemilik Comedy
Cafe. Akan tetapi acara ini kurang mendapat respons dari
masyarakat Indonesia.
Ramon Papana terus berusaha untuk
mempopulerkan stand up comedy dengan
menggelar open mic di Comedy Café
miliknya. Ramon pula yang mencetuskan ide untuk merekam sejumlah penampilan
stand up comedian dalam open mic di Comedy Cafe untuk
diunggah di Youtube. Setelah berlalu, usaha mengembangkan Stand Up comedy diteruskan oleh seorang Iwel wel pada
6 Maret 2004 yang mengisi acara Jayus Plis Dong Ah di TV7
(sekarang Trans 7) dan juga acara Bincang Bintang di
RCTI yang memang acara tersebut di design untuk Stand Up Comedy oleh mas Indra Yudhistira (standupcomedyindonesia.wordpress.com).
Stand up comedy terus berkembang hingga akhirnya Panji Pragiwaksono
dan Raditya Dika turut serta membawakannya dan disebar di media Youtube. Sejak
itulah, stand up comedy semakin dikenal
luas masyarakat. Ditambah lagi beberapa stasiun televisi tertarik untuk membuat
program acara TV dengan mengusung konsep stand
up comedy. Bahkan kini stand up
comedy menjadi ajang kompetisi.
Hingga sekarang, stand up comedy seolah menjadi wabah
baru khususnya di kalangan anak muda. Banyak dari mereka yang terjun ke dunia
komedi. Terlebih ketika adanya kompetisi, sebut saja Stand Up Comedy Indonesia
(SUCI) yang diadakan stasiun televisi Kompas, semakin menarik perhatian
masyarakat. Dari sana jualah, muncul komika-komika-sebutan untuk mereka yang
melakukan stand up comedy, yang
hingga hari ini masih bisa kita dengarkan lawakan mereka. Diantaranya Ryan, Gee
Pamungkas, Babe Cabita, David, Indra Jegel dan masih banyak lagi.
Saya sendiri tidak ingat pasti
kapan pertama kali menyaksikan stand up
comedy. Yang jelas, saya tahu ada stand
up comedy juga dari televisi. Awalnya saya agak risih dengan
kalimat-kalimat para komika yang sering kali mendapat sensor. Kalau tidak
salah, biasanya sensor diberikan jika ada kata-kata kasar, menyebut nama
seseorang atau kelompok atau kata-kata yang menjijikan dan tidak sopan. Tapi
saya tak terlalu mempedulikan lagi karena ikut larut dalam kelucuan-kelucuan
yang mereka ciptakan.
Belakangan, dunia stand up comedy kembali menjadi
perhatian masyarakat. Bukan karena prestasi dari para komika, tapi justru
masalah-masalah yang berkaitan dengan isu agama. Dua orang yang mencuri perhatian
tersebut berinsial GP dan J. Namun kali ini saya tidak membahas apakah
perkataan mereka bisa dikategorikan penistaan agama atau tidak. Biarlah
masyarakat dan aparat yang menilai sendiri.
Ada satu hal yang ingin saya
tegaskan bahwa memang apapun dapat dijadikan bahan tertawaan. Entah itu hal
kecil, besar, yang ada di sekitar kita ataupun yang lainnya. Namun yang harus
digarisbawahi adalah ketika agama menjadi objek lawakan, disinilah kekeliruan
itu terjadi. Yang harus dipahami ialah bahwa agama dan menyangkut hubungan
manusia dengan Allah sang pencipta alam semesta ini. Agama yang diturunkan
kemudian disebarkan kepada seluruh manusia tidak melalui proses yang gampang.
Karena itu, agama bersifat sakral dan memiliki “zona merah” yang tidak boleh
diterobos apalagi sekadar untuk menjadi bahan lawakan tanpa mempertimbangkan
konsekuensinya.
Kalau demikian, apakah agama
kemudian bersifat kaku, selalu serius dan bahkan menakutkan?. Sebenarnya tidak juga. Sebagai contoh kita pasti kenal
dengan K.H Zainuddin MZ (alm). Ceramah-ceramah beliau selalu diselipi dengan
candaan ataupun lawakan. Apakah itu kemudian menjadi masalah? Apakah pernah ada
orang yang merasa bahwa beliau telah menistakan agama dengan lawakan-lawakan
itu? Tentu tidak. Karena dalam hal ini, candaan dimasukkan bukan sebagai sebuah
“ajaran”, tetapi sebagai metode pendekatan yang “mustajab”. Para penceramah
tentu tahu bahwa ceramah agama yang disampaikan terlalu serius kadangkala tak
diminati masyarakat dan membuat mengantuk. Itulah sebabnya, candaan atau
lawakan diselipkan sebagai hiburan. Tentunya tanpa berlebihan.
Contoh lainnya adalah gaya
ceramah ustadz Maulana misalnya. Justru yang membuat beliau terkenal salah
satunya karena cara penyampaian beliau yang unik. Para pendengar dibuat tidak
saja mendapatkan ilmu, tetapi juga mendapatkan hiburan. Begitupun dengan Ustadz
Abdul Somad yang sekarang sedang “naik daun”. Kemampuan beliau dalam menguasai
kitab-kitab, hafalan yang luar biasa dan cara komunikasi yang hebat, tidak
terlepas dari guyonan yang beliau selipkan. Terkadang guyonan tersebut
berisikan kritik halus kepada umat.
Kembali pada stand up comedy. Saya memiliki harapan besar kepada dunia stand up comedy ini. Saya memimpikan
bahwa stand up comedy akan menjelma
menjadi hiburan yang cerdas dan berkualitas bagi rakyat Indonesia. Tak sekadar
berisi bualan yang bersifat imajinatif, tetapi juga berdasarkan fakta, yang
dalam hal ini dapat berupa sindiran kepada masyarakat ataupun pihak
penyelenggara negara. Tentu hal itu sah-sah saja dilakukan. Malahan sindiran
dengan jalur ini bisa dikatakan sebagai sindiran terbaik karena disampaikan
dengan bahasa yang “halus” dan menjadi hiburan tersendiri bagi masyarakat.
Terakhir, masyarakat Indonesia
harus tetap merasa bahagia hidup di negara ini. Harus kita akui bahwa masalah
negeri ini semakin banyak yang itu bisa menjadi beban fikiran. Karena itu
rakyat Indonesia sangat memerlukan hiburan agar tidak “gila” dengan situasi
yang sekarang ini. Masalah yang ada sesekali juga harus ditertawakan dan itu
bisa didapatkan karena stand up comedy.
Wallahu a’lam bisshawab.
*Seorang komika yang masih muda
dengan peci hitamnya naik ke atas panggung. Matanya menyapu semua penonton.
Setelah membuka dengan salam, ia memulai aksinya.
“Beberapa hari yang lalu gue
dengar katanya ada menteri yang pengen menertibkan para ustadz yang kebanyakan
melucu. Yaelah, dalam hati gue berfikir, emang salahnya dimana?. Emang kalau
ustadz melucu apakah tiba-tiba inflasi jadi naik, utang luar negeri bertambah
atau investasi asing berkurang? Gak kaya gitukan?. Tapi ya sudahlah. Gue gak
mau lanjutin takut dicyduk. Satu hal yang pengen gue sampaikan adalah, Rakyat
Indonesia harus tetap tertawa sebelum tertawa itu dilarang Menteri Agama. Merdeka.
Hahayy” (sambil lari-lari kecil).
sumber gambar : simplemeditation.work
Tidak ada komentar:
Posting Komentar