Mendengar nama
Marabahan, mungkin akan membuat sebagian orang mengernyitkan dahinya karena
merasa asing dengan nama itu. Memang, Marabahan tidak terkenal seperti kota Banjarmasin
yang dikenal dengan Pasar Terapung atau Patung Bekantannya yang berdiri dengan
megahnya di tepian Sungai Martapura. Juga tidak setenar kota Banjarbaru yang
belakangan ini dikenal dengan pesona Danau Seran dan Danau Caraminnya.
Secara administratif, Marabahan
merupakan salah satu kecamatan dari total tujuh belas kecamatan yang masuk
dalam Kabupaten Barito Kuala dan sekaligus menjadi ibu kotanya. Kabupaten
Barito Kuala atau Batola dengan motonya “Ije Jela”, dikenal sebagai daerah
lumbung padi di Kalimantan Selatan karena memang memiliki lahan yang cukup luas
dan mendukung untuk pengembangan sektor pertanian. Tidak mengherankan jika
banyak penduduknya bermata pencarian sebagai petani.
“Bahalap” merupakan semboyan dari
kota yang terletak paling Barat Kalimantan Selatan ini. Kata Bahalap diambil
dari bahasa Bakumpai yang berarti cantik. Selain itu kata “Bahalap” juga
memiliki singkatan yaitu Barasih, Harum, Langkar dan Pantas atau dalam Bahasa
Indonesia berarti Bersih, Harum, Cantik dan Pantas. Komposisi masyarakat Marabahan didominasi oleh suku Bakumpai dan
Suku Banjar. Selain itu juga ada suku-suku lainnya yang hidup berdampingan
hingga sekarang.
Marabahan lebih dikenal khalayak luas setelah berdirinya Jembatan
Rumpiang yang menghubungkan Kecamatan Marabahan dengan Kecamatan Cerbon yang merupakan
jalur utama menuju Kota Banjarmasin. Jembatan yang diresmikan pada tanggal 25
April 2008 oleh Presiden keenam, Susilo Bambang Yudhoyono ini sekarang menjadi
jembatan yang memiliki fungsi vital bagi kehidupan masyarakat. Sebelum ada
Jembatan Rumpiang, masyarakat yang ingin pergi ke Banjarmasin atau sebaliknya,
harus menumpangi kapal penyeberangan terlebih dahulu.
Jembatan Rumpiang memiliki total panjang bentang 753 meter dengan bentang
utama sepanjang 200 meter. Konstruksi jembatan yang sangat megah dan menyerupai
jembatan terkenal dunia yakni Jembatan Sydney Harbour yang ada di Kota Sydney
Australia ini tentunya menjadi kebanggan masyarakat Marabahan. Di bawah
jembatan ini terdapat Sungai Barito yang sangat lebar dan sekaligus menjadi
lalu lintas dari kapal-kapal pengangkut batu bara. Di tepiannya dapat ditemui
rumah-rumah sederhana masyarakat yang menghadap langsung ke arah sungai beserta
keramba-keramba apung pembudidayaan perikanan. Sementara dari atas jembatan,
kita dapat melihat hamparan areal persawahan, hutan yang menghijau bahkan
pegunungan Meratus yang terlihat samar ditutupi kabut tipis ketika pagi.
Selain Jembatan Rumpiang,
Marabahan juga dikenal dengan wisata religinya. Terdapat sebuah komplek
pemakaman atau yang biasa disebut masyarakat dengan “Kubah”. Di Kubah ini
terdapat makam Datuk Abdussamad yang merupakan cucu dari ulama termahsyur di
tanah Kalimantan yang namanya begitu harum hingga menembus batas-batas negara,
Syeikh Muhammad Arsyad Al-Banjari atau yang lebih dikenal dengan Datu Kalampayan.
Datuk Abdussamad adalah ulama yang sangat berpengaruh terhadap Islamisasi
masyarakat pesisir Sungai Barito. Hal itu terbukti karena sampai sekarang
masyarakat pesisir sungai didominasi oleh umat muslim. Beliau adalah orang yang
sangat dicintai oleh masyarakat. Tak heran jika makam beliau selalu didatangi
oleh para peziarah baik yang berasal dari dalam ataupun luar kabupaten hingga
luar provinsi.
Tidak hanya makam Datuk Abdussamad, di Kubah juga terdapat makam-makam
dari keturunan beliau, ulama ataupun tokoh penting lainnya seperti makam
H.Muhammad Jaferi, K.H. Ahmad Sibawaihi, H. Abdussamad Sulaiman HB, Panglima Wangkang, dan lain-lain.
Adapun jika
ingin bersantai, maka kita bisa mendatangi siring yang berlokasi di Jalan
Pangeran Antasari Marabahan. Lokasi ini cukup strategis karena disini juga
terdapat rumah dinas dan kantor Bupati Barito Kuala, panggung terbuka, dermaga,
Taman Mini Surya Lestari, kantor pos serta salah satu bank nasional. Tempat ini
sangatlah menarik karena berhadapan langsung dengan Sungai Barito sehingga kita
bisa menikmati deburan angin yang berhembus sambil menyaksikan lalu lalang
kelotok-perahu kecil bermesin, speed boat
hingga kapal tongkang batu bara.
Memang tak
banyak tempat-tempat menarik yang ada di Marabahan. Jangan berharap bisa
menemukan pantai, danau, gunung ataupun wisata buatan lainnya. Hanya saja,
tempat ini menyuguhkan keramahtamahan penduduknya yang menjunjung tinggi
nilai-nilai agama, udara segar dari hutan-hutan Galam serta gemericik air
sungai yang mengalir hingga ke jantung kota. Juga tak banyak cerita yang mampu
dituliskan untuk kota kecil ini. Meski demikian, akan tetap ada cerita-cerita
lain yang didapat bagi masyarakatnya ataupun bagi mereka yang mengunjungi Kota
Bahalap ini.
Note: Artikel ini menjadi juara 1 pada Lomba Menulis Artikel yang diselenggarakan LPM Lentera Universitas Islam Kalimantan (Uniska) dalam rangka Pekan Jurnalistik 2017
Tidak ada komentar:
Posting Komentar