(sumber : tkaisyiah.blogspot.co.id)
Tepuk anak sholeh (prok prok prok)
Aku (prok prok prok)
Anak sholeh (prok prok prok)
Rajin sholat (prok prok prok)
Rajin ngaji (prok prok prok)
Orang tua (prok prok prok)
Dihormati (prok prok prok)
Cinta Islam (prok prok prok)
Sampai mati (prok prok prok)
Laa ilaaha ilallah muhammadur rasaulullah
Islam yes yes
Kafir no no
Begitulah lagu
Anak Sholeh yang sering kali dinyanyikan anak-anak PAUD dan TK dilingkungan
Aisyiah. Biasanya mereka menyanyikannya sambil diiringi tepuk tangan dan dengan
suasana yang gembira. Lagu inipun sudah lama dipakai sebagai lagu untuk
mendidik akhlak sekaligus menanamkan aqidah Islam kepada anak-anak sejak dini.
Saya sendiri
ketika di TK rasanya-rasanya memang tak pernah menyanyikan lagu tersebut.
Mungkin karena saya tidak bersekolah di TK Aisyiah. Liriknya pun baru-baru ini
saya tahu. Meski begitu, lagu tersebut bagi saya cukup menyenangkan dan sangat
mendidik apalagi saat dinyanyikan bersama-sama dengan penuh semangat.
Belakangan ini
diketahui bahwa ada salah satu kota di Indonesia yang melarang lagu tersebut
untuk dinyanyikan. Alasannya sederhana, lagu tersebut dinilai sebagai lagu yang
akan menanamkan sikap intoleransi beragama pada anak-anak. Jika dicermati, dari
awal hingga akhir lagu tersebut memang tak ada yang salah. Namun pada lirik
terakhir yakni “Islam yes yes Kafir no no”, disitulah permasalahan muncul. Hal
ini tak pelak menimbulkan kontroversi dan menjadi perbincangan publik.
Sedikit geli
memang ketika mendengar statement semacam
itu. Apalagi pernyataan tersebut keluar dari mulut seorang muslimah yang sudah
kenal dengan Islam sejak kecil. Beliau menginginkan agar lagu tersebut berhenti
dinyanyikan atau diubah liriknya. Pada akhirnya permasalahan yang sebenarnya
tidak produktif ini akhirnya menjadi polemik di tengah masyarakat.
Menurut pendapat
saya pribadi, lagu tersebut sebenarnya sama sekali tak menyalahi aturan, baik
agama ataupun hukum yang berlaku. Kalimat yang berbunyi “Islam yes yes Kafir no
no” adalah hal lumrah dalam Islam. Di dalam Al-Quran sendiri banyak sekali ayat
yang menceritakan tentang orang-orang kafir. Kita sebagai seorang muslim pun
juga sudah tahu dan percaya bahwa menjadi kafir adalah dosa besar. Tentu kita
tak bisa menampik hal itu karena bersumber langsung dari Al-Quran.
Mengenai tuduhan
jika kalimat tersebut menunjukkan sikap intoleransi, saya kira juga terlalu
berlebihan. Pertama, lagu tersebut dinyanyikan di TK atau PAUD Islam, bukan
dinyanyikan oleh orang-orang non muslim. Selama inipun juga tidak ada masalah
dari orang non muslim. Kedua, lagu tersebut bertujuan untuk membentuk akhlak yang baik dan menjaga aqidah
anak-anak agar sampai kapanpun terus memeluk Islam dan menjauhi kekafiran.
Bukankah penanaman aqidah sejak dini sangat bagus untuk membangun benteng
keimanan yang kokoh bagi generasi Islam selanjutnya. Jadi, mengapa harus
dipermasalahkan?
Ketiga, lirik
tersebut sebenarnya bukan bermaksud agar anak-anak menjauhi orang-orang non
muslim, melainkan, sekali lagi, untuk menanamkan aqidah Islam. Beda halnya jika
lirik tersebut berbunyi, “Teman Islam, didekati. Teman kafir dijauhi,” atau
“Orang Islam disayangi. Orang kafir dibenci sampai mati”. Tentu akan berbeda,
bukan? Lirik tersebut sifatnya juga masih umum dan lebih menekankan agar
anak-anak tidak menjadi orang kafir ketika dewasanya. Memangnya ada orang tua
yang ingin anaknya kafir?
Kesimpulannya,
kita tidak perlu lagi mempermasalahkan lagu yang sangat baik tersebut. “Islam
Yes, Kafir No” adalah suatu keharusan bagi umat muslim dan telah disebutkan
pula dalam Al-Quran. Bukan berarti dengan perkataan seperti itu kita serta
merta menjauhi bahkan membenci orang-orang non muslim. Islam telah mengajarkan
bagaimana menjaga hubungan baik dengan sesama manusia. Karena Islam adalah
agama yang sempurna dan diturunkan untuk menjadi rahmat bagi alam semesta.
Wallahu alam bisshawab.
Jujur tadi kaget banget baca lirik di akhir. Belum pernah denger lagu ini juga. Saya pribadi sebenernya agak khawatir dengan lagu ini. Takut disalahartikan dan mengakibatkan hal yang enggak2. Beberapa anak kecil muslim di lingkungan tempat saya bekerja ada yang gak suka sama temen2 mereka yg beda agama dengan alasan kafir. Saya sedih banget dengernya. Mungkin ini bisa jadi pembelajaran untuk tidak menyalahgunakan kata kafir sebagai alasan untuk menjauhi orang lain yang berbeda agama. Orang tua, guru, dan orang terdekat mungkin bisa ngasih pengertian yang tepat kepada anak2 supaya mereka mengerti. :)
BalasHapusBenar itu. Sekarang ini memang kata "kafir" agak sensitif dan dipandang sebagai sesuatu yang tidak bisa diterima dan harus dimusuhi. Padahal kata "kafir" adalah sesuatu yang biasa. Di dalam Al-Quran pun jga bnyak disebutkan. Saya yakin kalau lagu anak itupun diciptakan sebelum kata "kafir" itu menjadi momok yang menakutkan seperti sekrang ini. Terkait dengan anak-anak yg tidak mau berteman dengan teman yg non muslim, sya kira bukanlah disebabkan karena lagu anak tersebut. Setau saya, dalam menjalin hubungan prtemanan, mereka tidak pernah melihat status teman mreka tersebut. Apakah mereka kaya atau miskin, jelek atau rupawan apalagi agamanya, yang namanya anak-anak tetap ingin berteman. Saya justru khawatir bahwa yg melatarbelakangi anak-anak seperti itu karena mendapat "bisikan" dari orang-orang disekitarnya. Mksudnya, ada oknum yang mmbrikan perintah agar mereka jangan berteman dengan orang-orang non muslim. Benar seperti yg disampaikan tadi, bahwa orang tua, guru dan orang terdekatlah yg harus memberikan pemahaman lebih lanjut.
Hapuspadahal kata kafir itu bukan ejekan kan..?! sama halnya dengan kata domba yang tersesat bagi mereka yg non muslim ke yg muslim.. kafir pun terbagi dua..lebih lanjut silahkan tonton video full dari Ustadz Abdul Somad ;)
BalasHapusBenar sekali. Kalau kita memahami lebih dalam mengenai arti "kafir" maka kata itu sebenarnya bukanlah sebuah ejekan atau hinaan. Kata "kafir" juga bukan bermaksud merendahkan nilai-nilai kemanusiaan. Semua manusia apapun agamanya, adalah ciptaan Allah SWT. dan tetap menjadi saudara kita dan harus saling menghormati. Kata "kafir" lebih menitikberatkan pada keimanan saja.
Hapus